gw lagi di jakarta beberapa hari ini. kemarin, keluarga (sebenernya sodara gw) mengikuti ritual Ruwatan. Ruwatan ini dilakukan untuk memohon keselamatan dan keamanan. caranya dengan menampilkan Wayang dengan lakon Murwakala.
orang yang melakukan ruwatan ini dinamakan sukerta. ada beberapa kategori sukerta yg melakukan ritual tradisional Jawa ini. kayak Ontang anting (keluarga yg punya satu anak laki-laki), Unting Unting (Keluarga yg punya satu anak perempuan), Gendana Gendini (keluarga yg punya satu anak perempuan, satu anak laki laki), Pandhawa (keluarga yg punya 5 anak laki2), Ngayomi (keluarga yg punya 5 anak perempuan), dst. ada 25 kategori keluarga ini. selain itu orang orang yg mengalami kecelakaan yang dianggap membahayakan, kayak matahin Gandik, (alat terbuat dr batu yang dipakai buat bikin jamu). orang orang diatas harus dilindungi dari Batara Kala dengan melakukan Ruwatan Murwakala ini. karena keluarga gw g termasuk kategori-kategori ini, maka kita aman dar cengkraman Batara Kala. (haha.)
cerita dari lakon Murwakala dimulai dari suatu sore, Batara Guru dan istrinya Dewi Uma sedang mengelilingi dunia mengendarai Kerbau Andini. Pemandangan yang indah, Batara Guru melihat istrinya sangat cantik dan seketika Batara guru ingin melakukan hubungan suami istri saat itu. Istri-nya menolak, karena saat itu bukannlah tempat dan waktu yang pantas. Batara Guru yang sudah tinggi hasrat seksualnya memaksa istrinya, saat akan orgasme (gw g nemu kata yg tepat. hahaha) sang istri mendorong san Batara, dan spermanya jatuh ke laut. Sperma itu pun berubah menjadi Raksasa yang jahat bernama Batara Kala. jadi sebenarnya Batara Kala adalah "anak yang salah". maka dari itu, Batara Kala menjadi raksasa yang jahat yang memakan orang.
Batara Guru memberikan ijin kepada Kala untuk memakan para Sukerta. namun setelah berdiskusi dengan patihnya Batara Narada, 'Menu' Kala ternyata terlalu banyak. lalu Guru memberikan mantara yang tertulis di dada Kala. siapapun orang yang bisa membaca mantra itu, harus dianggap sebagai ayah Kala, walaupun dia seorang anak kecil. namun, orang yang bisa membaca mantra tersebut tetaplah tetaplah terlalu sedikit. akhirnya batara guru pun turun ke bumi menyamar sebagai Dalang Wayang bernama Ki Dalang Kandabuwana. Kala pun menyerah dan tunduk pada Ki Dalang, dan tidak akan memakan sukerta yang telah diadopsi oleh Ki Dalang, yaitu sukerta yang telah melakukan ritual Ruwatan Murwakala.
Ruwatan kemarin dilakukan di TMII, anjungan Jawa Tengah. biasanya diadakan tiap tahun baru Islam. Dalang-nya namanya Dalang Ki Mantep (pancen oye! haha). setelah melakukan lakon Murwakala, si Dalang memotong rambut surakerta dan melakukan siraman.
ternyata banyak juga yang ikut. gw kira di jakarta udah g banyak yg percaya ritual ritual ini. hehe
No comments:
Post a Comment